BERBAGI
Hadi Susanto dengan Keluarga, FOTO : http://sahabatmembaca.org/2015/12/22/cinta-matematika-hadi-susanto/

Lumajang, inspirasijatim.com– Pernah membaca buku Tuhan Pasti Ahli Matematika. Atau Bahkan para pembaca novel superlaris Ayat-ayat Cinta karya  Habiburrahman El-Shirazy ingat siapa yang menulis kata pengantar menarik di novel itu. Betul, Hadi Susanto orang dibalik itu semuanya. Namun tak banyak orang tahu siapa Hadi Susanto tersebut.

Ia lahir di sebuah desa kecil, Cikunir di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tanggal 27 Januari 1979. Hadi mengahabiskan masa pendidikan di SDN Kunir Lor 1, SMPN Kunir, dan SMAN 2 Lumajang.

Namun sekarang, seorang anak muda Indonesia itu, menjadi seorang dosen matematika dengan jabatan akademik sebagai Associate Professor di Universitas Essex, Inggris. Ia juga ketua pengurus cabang istimewa Nahdlatul Ulama United Kingdom (PCINU UK).

Waktu dibangku sekolah, ia selalu terpilih sebagai wakil sekolah dalam lomba cerdas cermat di tingkat kabupaten. Namun, karena ia grogi melihat anak sekolah lain yang tampak keren dan bergaya, ,nilainya lomba hampir selalu nol yang menyebabkan kekalahannya.

Nasib berbalik 180 derajat. Ketika memasuki tahun terakhir, ia mendapat kesempatan untuk mengerjakan tugas akhir, di Universitas Twente. Ketika diwisuda, ia terpilih sebagai penerima Ganesha Prize, Mahasiswa Berprestasi Utama ITB. Kemudian ia mendapat tawaran dari Universitas Twente untuk mengambil program kombinasi MSc/PhD. Setelah itu, melanjutkan studi post doctoral di Massachusetts, Amerika Serikat.

Perjalan hidupnya, hampir mirip seperti film dan novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Cerita semasa kecilnya begitu susah. Setiap hari, ia harus mengayuh sepeda sejauh 13 km untuk pergi ke sekolah. Bahkan, Ia sudah memutuskan untuk tidak kuliah, tetapi ditolak oleh keluarga, terutama ibunya.

Dengan tekad orang tuanya, yang hanya lulusan SD itu, mereka rela menjual lapak jualan satu-satunya di pasar, demi biaya masuk kuliah di ITB. Akhirnya ketika ia akan berangkat ke Bandung, dalam hatinya cuma ada tekad untuk berhasil dan membahagiakan keluarga.

Setelah di kota Bandung, ia harus berkerja sambil kuliah. Uang hasil keringatnya, tidak hanya untuk keperluan sehari-harinya. Uang tersebut juga ia kirim untuk kebutuhan orang tuanya di Lumanjang dan biaya adiknya yang juga mengenyam kuliah.

Bahkan untuk sekedar menyambung hidupnya, dengan bermodal pakaian rapi, ia setiap sabtu-minggu berkeliling hotel dan gedung resepsi dikota Bandung. Bukan karena kenal siapa yang punya hajat ataupun ia diundang acara tersebut. Namun, ia melakukannya hanya sekedar untuk bisa makan.

Pernah juga, ketika setelah libur Lebaran. matematikawan muda yang 26 karya ilmiahnya sudah muncul di sejumlah jurnal internasional, naik kereta barang. Ia duduk di lantai gerbong bersama sekitar 100-an orang. Ia menghabiskan perjalanan malam hari itu, tanpa lampu sekitar 12 jam. Karena, ia tidak punya uang untuk membeli karcis kereta ekonomi.

Kehidupan yang jauh lebih cukup, tidak membuatnya berbesar hati. Ketika ia mengisi kuliah umum di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, tampak ia begitu cekatan dan santai dalam menjelaskan dan menjawab, tentang materi yang disampaikannya. Meskipun, ia tetap berkeinginan untuk mengabdi kepada ibu pertiwi, Indonesia. Namun keinginannya belumbisa terealisasikan dalam waktu dekat. karena ia masih imemperdalam bidang yang digelutinya. (LEO)

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here