BERBAGI
Andres, salah satu pengrajin tas dari ban bekas

Inspirasijatim.com – Ban mobil bekas biasanya dibuang begitu saja setelah digunakan oleh para pemiliknya. Namun, hal itu tidak akan terjadi bila ada di tangan kreatif seperti Andres Fitra (30). Pria asal Desa Salen, Bangsal, Kabupaten Mojokerto ini bisa menyulap ban mobil bekas menjadi tas, dompet dan ikat pinggang.

Sekilas dompet, ikat pinggang dan tas buatan Andres tak beda dengan produk berbahan kulit. Namun serat ban dalam yang masih nampak membuat produknya terlihat lebih artistik. Hanya saja polesan zat kimia membuatnya nampak mengkilat dan tak beraroma karet.

Andres mengakui bahwa ide membuat tas, dompet dan ikat pinggang itu bermula ketika ia piker bahan ban bekas mobil memiliki kualitas yang bagus.

“Ide awalnya saya pikir ban dalam mobil itu kuat, tahan air dan awet. Dari situ saya berusaha menggunakannya sebagai bahan tas, dompet dan ikat pinggang,” kata Andres, Sabtu (3/11/2018).

Bapak satu anak ini mengaku mulai menekuni bisnis kreatifnya tersebut sejak tahun 2014. Namun selama 2 tahun pertama, ia fokus melakukan ujicoba membuat produk yang layak dijual.

Ini karena semata-mata suami Fityatun Thoyibah (22) awalnya tak mempunyai skill menjahit. Ia belajar secara autodidak menggunakan sarana internet.

“Baru tahun 2016 saya merasa produk saya sudah sempurna dan layak untuk dijual,” ujarnya.

Sejak dua tahun yang lalu, ia lebih serius lagi menekuni bisnisnya. Bahan baku ban dalam bekas mobil dibeli dari para tukang tambal ban seharga Rp 10 ribu perbuah.

Proses pembuatannya yang membutuhkan ketelitian membuat dirinya hanya mampu menghasilkan 15 buah tas dalam sepekan. Sebab pesanan itu dikerjakannya seorang diri.

Rupanya hasil karya Andres banyak diminati turis mancanegara. Selain memasarkan via media sosial, ia juga menyasar daerah wisata yang ramai dikunjungi turis seperti Bali dan Lombok.

“Karena turis lebih menghargai produk dari barang bekas,” terangnya.

Oleh Andres, produk berbahan ban dalam bekas buatannya itu kemudian dilabeli Jowo Upcycle. Ada tas model slempang, dompet lipat hingga tas model roll top.

Harganya pun cukup terjangkau, yaitu antara Rp 30 ribu hingga Rp 250 ribu. Menurut Andres, tas model roll top dihargai paling mahal karena proses pembuatannya yang lebih rumit.

“Alhamdulillah sebulan keuntungan saya sudah Rp 5 juta,” tutupnya.[ar]

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here