Inspirasijatim.com – Limbah dari Rumah Potong Hewan (RPH) benar-benar dimanfaatkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk membuat tekhnologi tepat guna. Selain dimanfaatkan sebagai pupuk organik, limbah dari RPH tersebut disulap menjadi biogas.
Kepala DPKH Situbondo, drh Hasanuddin Riwansia mengatakan hasil pengolahan limbah RPH menjadi biogas tersebut akan disalurkan kepada masyarakat sekitar.
“Apalagi sekarang sudah ada rencana harga gas elpiji akan naik. Tentu, distribusi biogas akan sangat membantu warga sekitar RPH ini,” kata Hasanuddin di Situbondo, Rabu (12/2/2020).
Agar rencana tersebut berjalan lancar, pihaknya akan menambah kapasitas pengolahan limbah. Khususnya untuk kapasitas tandon digester, sebagai alat untuk memproduksi biogas.
Untuk saat ini, ungkap Hasanuddin, kapasistas digester hanya memiliki daya tampung 3-4 meter kubik. Sementara, idealnya tiap digester harus memiliki daya tampung mencapai 40 meter kubik.
“Kalau digester sudah 40 meter kubik insyaallah sudah kelar. Kami bisa menyuplai biogas ke permukiman untuk membantu warga,” tambah Hasanuddin.
Tak hanya penambahan digester, menurut Hasanuddin, tahapan pengelolaan limbah RPH juga memerlukan peningkatan kapasitas. Mulai dari sumur pengadukan, inlet, hingga outlet. Sebab, hingga saat ini belum bisa menampung seluruh limbah isi perut sapi yang dipotong di RPH tersebut.
“Setiap hari masih ada yang dibuang. Makanya, kami sedang berusaha segera ada penambahan kapasitas. Supaya pengelolaan limbah ini jadi lebih optimal, baik untuk produksi pupuk organik maupun biogas. Insyaallah pengelolaan limbah RPH ini yang pertama di Jawa Timur, atau bahkan di Indonesia,” jelas Hasanuddin.
Tidak hanya mengelola limbah penampungan, DPKH Situbondo juga menaruh perhatian terhadap sisa limbah yang banyak berceceran di selokan-selokan dalam lingkungan RPH. Agar selokan tersebut tidak tercemar, DPKH sengaja menyebar sekitar 10.000 benih bibit lele.
Tak ayal, sejak disebar benih lele selokan tersebut berubah menjadi agak bening. Padahal sebelumnya, selokan yang ada di RPH terkesan kumuh, kotor, bahkan jorok.
“Sejak ditebar lele semua sudah berubah. Limbah itu menjadi pakan alami lele, sehingga tidak perlu dibersihkan lagi. Alhamdulilah, sekarang sudah bersih dan tidak bau lagi,” pungkasnya.