BERBAGI
Hasil karya Djainuri dengan bahan dasar ban bekas

Inspirasijatim.com – Ban bekas kadang kala hanya dijadikan bahan rongsokan atau dibakar. Namun, di tangan Djainuri ban bekas itu bisa ia sulap menjadi tempat sampah, pot bunga dan sofa.

Djunaidi mengaku terinspirasi untuk mengelola ban bekas menjadi hasil karya yang menarik ini didapatnya dari lingkungan sekitar. Salah satunya soal pot bunga berbahan semen yang mudah pecah. Ditambah lagi banyaknya sampah ban bekas yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

Ban bekas yang oleh warga di sekitar rumahnya dikirim ke sentra pembuatan bata merah sebagai bahan bakar itu lantas dimanfaatkan oleh Djainuri agar nilai ekonomisnya lebih meningkat.

“Saya menggunakan bahan ban bekas motor, mobil, dan ban bekas truk fuso,” ungkap Djainuri di rumahnya, Senin (25/2/2019).

Di temui di rumahnya Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, tampak Djainuri sedang asik mengiris ban bekas motor menggunakan cutter. Dengan terampil, tangannya memotong ban motor itu hingga berbentuk pot dengan diameter sekitar 50 cm.

Setelah membentuk pot bunga, tak lupa Djainuri mewarnai pot itu dengan cat besi. Sebagai warna dasar, ia gunakan cat tembok agar cepat kering.

Khusus untuk proses pengecetan, Djainuri dibantu 5 karyawannya. Pengecetan pun dilakukan secara manual menggunakan kuas. Tenaga-tenaga terampil yang diberdayakan Djainuri membuat pot berbahan ban bekas itu menjadi motif bunga dengan beragam warna.

Untuk keperluan bahan utama, Djainuri mengaku membeli bahan baku ban bekas dengan harga sangat murah dari para pemilik bengkel tambal ban di Mojokerto dan sekitarnya. Ban bekas motor dia beli seharga Rp 1.000/biji, ban mobil Rp 3-5 ribu/biji, sedangkan ban bekas fuso dia dapatkan seharga Rp 25-30 ribu/biji.

Sementara untuk pembuatan pot bunga, Djainuri menggunakan ban bekas motor matic bagian belakang atau ban bekas mobil karena ukurannya lebih besar. Di tangan pria berusia 40 tahun itu, setiap ban bekas bisa dijadikan satu pot bunga.

Untuk ukuran ban bekas fuso yang ukurannya relatif besar, ia olah menjadi 6 tong sampah. Tong sampah tersebut sudah lengkap dengan penutupnya. Selain itu, ban mobil juga digunakan Djunaidi menjadi bantalan sofa dan meja.

Rupanya, keterampilan dan ketelatenannya mengurusi usaha ini selama 3 tahun membuahkan hasil. Mulai dari omzet yang naik hingga pesanan dari luar kota yang membludak.

Setiap bulannya ia mengaku harus memenuhi pesanan dari Mojokerto, Jombang, Sidoarjo, dan Malang. Rata-rata pesanan dari sekolah dan perumahan yang dikerjakan Djunaidi mencapai 40 pot bunga, 20 tong sampah dan 8 set sofa.

“Rata-rata omzet saya Rp 6-7 juta. Keuntungan bersihnya sampai 80 persen karena bahan bakunya murah,” ungkap Djunaidi.

Berkenaan dengan nominal, Djunaidi mengaku jika setiap hasil karyanya memiliki nilai ekonomis yang berbeda-beda.

“Pot Bunga saya dari ban sepeda motor saya jual Rp 30-60 ribu per buah, pot berbahan ban mobil Rp 70 ribu per buah, tong sampah Rp 95 ribu per buah, sofa Rp 350 ribu per buah, kalau satu set terdiri dari dua sofa dan satu meja saya jual Rp 1 juta,” beber Djunaidi.

Tidak hanya membuat tempat sampah, pot bunga, atau sofa, Djunaidi juga melayani reparasi pot dan tong sampah yang rusak. Untuk jasa reparasi, dia mematok tarif Rp 30 ribu per buah.

“Saya juga mengerjakan desain taman menggunakan ban bekas. Selain pot dan tong sampah, juga saya buatkan hiasan berupa tiruan hewan atau simbol-simbol tertentu,” tandasnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here