Inspirasijatim.com – Bagi Fauzan Fuadi, jalan politik yang beliau tekuni saat ini haruslah bisa bermanfaat bagi sesama manusia. Sebab, jalan politik tidak hanya berbicara tentang distribusi kebijakan dan kepentingan akan kuasa, melainkan tentang kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Dilahirkan di Kabupaten yang terkenal akan ikan lelenya pada tanggal 31 bulan Maret tahun 1981, Lamongan, pria yang akrab disapa mas Fu ini memulai pendidikan dasar di MI Hayatul Wathan tete Jatinegoro, Glagah.
Setelah menempuh jenjang pendidikan tingkat dasar, barulah beliau memutuskan untuk menjadi santri kelana di PP Qomaruddin Sampurnan Bungah, Gresik. Usai merampungkan masa belajarnya sebagai santri kelana di Ponpes Asuhan Almarhum KH Ahmad Muhammad al Hammad, rupanya tidak menuntaskan rasa hausnya akan ilmu pengetahun maupun agama.
Akhirnya mas Fu memutuskan untuk mencicipi dunia pendidikan di luar pesantren. Sebab, baginya tantangan adalah sebuah jalan untuk menuju kematangan diri. Di Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Malang akhirnya ia berlabuh untuk menempa diri dan berproses sebagai mahasiswa.
Memasuki bangku perkuliahan yang penuh dengan dinamika, mas Fu memilih untuk berproses dan berkader di PMII. Organisasi yang dikenal radikal dalam berpikir dan mahir secara riyadhah keNUan. Di organisasi inilah beliau digodok untuk menjadi seorang aktivis pergerakan. Meski masuk di kampus yang berbasis Muhammadiyah, jiwa kenahdlyinan mas Fu tidak pernah tercerabut dan inilah alasannya untuk masuk dalam organisasi pergerakan tersebut.
Jiwa kepemimpinan mas Fu terlihat tatkala beliau ditunjuk menjadi ketua Umum PC PMII Kota Malang. Proses dari menjadi kader biasa hingga menempati posisi pucuk pimpinan organisasi menunjukkan bahwa karakter kepemimpinan mas Fu telah tumbuh. Sebab dirinya dianggap mumpuni menjadi konsolidator dan konseptor organisasi.
Selain itu, membuka sekolah demokrasi adalah jalan lain bagi beliau untuk mencurahkan segala ide dan teori yang disukainya. Di sekolah tersebut, segala hal yang berkaitan dengan proses demokrasi diajarkan. Tujuannya agar aktivis pergerakan tetap menjadi intelektual organik yang mengawal dan mengontrol proses demokrasi di republik ini.
Rupanya, takdir politik mengarahkan mas Fu kepada alam politik praktis yang lebih menantang. Di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) akhirnya ia melabuhkan diri untuk berproses menjadi aktivis partai. Tidak sulit baginya, dengan segudang pengalamannya memimpin organisasi mahasiswa, untuk beradaptasi dengan dinamika yang ada di partai.
Memulai karir politik sebagai kader muda di partai yang berhaluan moderat ini, tidak serta merta membuatnya sombong dan tinggi hati. Karena bagi penyuka makanan pecel lele ini, kerja politik harus bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Hal inilah yang menjadi pegangan beliau hingga saat ini.
Kedekatan mas Fu dengan Cak Thoriq, panggilan akrab dari Thoriqul Haq (kini menjadi Bupati Lumajang, red) menjadi momen berharga bagi seorang mas Fu. Baginya, kedekatan dengan cak Thoriq turut serta membimbingnya menjadi seorang politisi yang memiliki komitmen dan integritas dalam menjalankan amanah partai. Bukan hanya dengan cak Thoriq, kedekatan mas Fu dengan Badrut Tamam (Bupati Pamekasan, red) turut serta membentuk skil politiknya. RBT, sapaan akrabnya, telah memberikan kenangan yang mendalam bagaimana menjadi kader yang kompeten dan mampu menjadi ruh organisasi.
Kedekatan dengan dua sosok kader muda yang potensial tersebut rupanya mampu mematangkan mental dan karakter mas Fu dalam dunia politik. Karakter dua sosok tersebut telah menempanya menjadi pribadi yang tangguh dalam membesarkan partai.
Menjadi Pegawai Tidak Tetap (PTT) DPRD Provinsi Jawa Timur Abdul Halim Iskandar yang sekaligus ketua DPW PKB Jatim untuk membantu tugas Gus Halim dalam dunia legislatif adalah tantangan selanjutnya yang dihadapi oleh mas Fu. Dibawah tangan dingin Gus Halim, mas Fu belajar tentang manajemen kepemimpinan dan fungsi legislasi.
Menjadi PTT Gus Halim tidak hanya mengembangkan skill politiknya semata, juga pengalamannya dalam dunia legislatif ia kuasai. Dengan kemampuan komplet tersebut, akhirnya intruksi itu turun melalui Gus Halim di tahun 2018 agar mas Fu menjadi calon legislatif (caleg) untuk mewakili dapil Bojonegoro dan Tuban.
Ditunjuknya mas Fu untuk bertarung dan mendapatkan kursi di Dapil XII adalah bentuk kepercayaan pimpinan tertinggi partai dengan segudang pengalamannya yang komplet. Tugas berat itu ditambah dengan diamanahi menjadi Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu DPW PKB Jatim. Tentu itu menjadi tantangan sendiri bagi mas Fu untuk menyinergikan DPC se Jawa Timur dalam satu frame, sementara di sisi lain blio juga harus mematangkan strategi dan road map di dapilnya.
Berkat tempaan dan didikan dari ketiga orang itulah yang menyukseskan kerja-kerja politik mas Fu. PKB dalam kompetisi pemilu 2019 meraih suara terbanyak dan dirinya sukses melenggang menjadi anggota dewan dengan suara terbanyak kedua 92.622 suara di Dapil XII (Bojonegoro-Tuban). Hasil ini tentunya menjadi tolak ukur kedalaman dan kematangan mas Fu dalam dunia politik dan organisasi.
Tentunya, sebagai seorang santri cum aktivis partai, mas Fu selalu berpegang teguh pada Hadist Nabi “Khairunas Anfa’uhum Linnas” yang menjunjung tinggi prinsip kebermanfaatan bagi manusia. Konsep itulah yang hingga kini tetap menjadi navigasi mas Fu dalam mengarungi kehidupan politik hingga ke kursi parlemen.