Inspirasijatim.com – Pada kerajaan yang cukup megah di pulau Madura. Kerajaan ini memiliki wilayah yang luas, istana megah yang artistic dengan penataan gedung-gedung serta taman yang indah dan asri. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja memiliki beberapa orang putra, diantaranya bernama Raden Bagus Asra. Keberadaan putra-putranya merupakan kebahagiaan bagi kalangan keluarga kerajaan. Raden Bagus Asra memiliki jiwa kepemimpinan yang bisa diandalkan.
Untuk memperluas daerah kekuasaan kerajaan, raja mengutus
Raden Bagus Asra ke pulau jawa bagian Timur. Dalam perjalannya didampingi oleh
pengikut dan beberapa tentara kerajaan. Perjalan ke pulau Jawa ini melewati
jalur laut yaitu selat Madura. Dari perjalan itu akhirnya mendarat di suatu
daerah yang bernama Besuki. Berawal dari Besuki inilah Raden Bagus Asra
mengembara dan membuka hutan ke arah Selatan.
Hari demi hari bulan demi bulan, pekerjaan
membabat hutan untuk dijadikan wilayah komunitas masyarakat baru dan wilayah
kerajaan. Perjalanan untuk membuka wilayah baru melewati daerah perbukitan,
lembah-lembah dan perkampungan-perkampungan kecil yang dihuni oleh beberapa
kepala keluarga saja.
Mereka umumnya bercocok tanam dan beterbak
sebagai mata pencaharian.
Kehidupan mereka penuh gotong royong dan
kekeluargaan. Suasana desa yang damai, aman dan nyaman membuat Raden Bagus Asra
dan pengikutnya betah untuk singgah beberapa hari di desa itu untuk
beristirahat dan memenuhi perbekalan perjalanan selanjutnya. Raden Bagus Asra
tidak hanya membuka hutan saja, tetapi memberikan bimbingan dan penyuluhan cara
bercocok tanam dan beternak yang baik kepada masyarakat kampung-kampung yang
disinggahinya.
Di sela-sela istirahatnya di suatu pedukuhan,
para pengikut Raden Bagus Asra membuat suatu hiburan dan atraksi yaitu aduan
sapi. Dimana aduan sapi ini merupakan hiburan yang sangat disenangi dan terus
digandrungi oleh pengikut-pengikutnya dan masyarakat pedukuhan yang dilewati
oleh Raden Bagus Asra, sehingga aduan sapi ini menjadi suatu kebiasaan yang
terus terpelihara sampai sekarang. Terutama di daerah-daerah yang pernah
dilewati oleh Raden Bagus Asra dan pengikutnya.
Pada suatu saat Raden Bagus Asra dan pengikutnya tiba di suatu daerah pedukuhan yang subur. Dari kehidupan masyarakatnya terdapat seorang tuan tanah yang kaya. Dengan kekayaan inilah tuan tanah tersebut dapat mengatur daerahnya dan berkuasa disana. Berawal dari kondisi inilah akhirnya Raden Bagus Asra menamakan pedukuhan itu dengan nama Bondowoso yang mempunyai arti Bondo adalah modal atau biaya dan Woso adalah kuasa. Sehingga secara harfiyah dapat diartikan “mereka yang memiliki modal dapat berkuasa”. Di daerah inilah Raden Bagus Asra bersama pengikutnya mengakhiri perjalan dan menetap untuk bercocok tanam serta hidup di sana. Raden Bagus Asra bersama orang kaya tersebut mengembangkan potensi alam yang ada dan sebagai perintis berdirinya kota Bondowoso.
Sejarah Bondowoso
Berawal dari seorang anak yang bernama Raden Bagus Assra, ia adalah anak Demang Walikromo pada masa pemerintahan Panembahan di bawah Adikoro IV, menantu Tjakraningkat Bangkalan, sedangkan Demang Walikoromo tak lain adalah putra Adikoro IV.
Tahun 1743 terjadilah pemberontakan Ke Lesap terhadap Pangeran Tjakraningrat karena dia diakui sebagai anak selir. pertempuran yang terjadi di desa Bulangan itu menewaskan Adikoro IV, Tahun 1750 pemberontakan dapat dipadamkan dengan tewasnya Ke Lesap. Terjadi pemulihan kekuasaan dengan diangkatnya anak Adikoro IV, yaitu RTA Tjokroningrat. Tak berapa lama terjadi perebutan kekuasaan dan pemerintahan dialihkan pada Tjokroningrat I anak Adikoro III yang bergelar Tumenggung Sepuh dengan R. Bilat sebagi patihnya. Khawatir dengan keselamatan Raden Bagus Assra, Nyi Sedabulangan membawa lari cucunya mengikuti eksodus besar-besaran eks pengikut Adikoro IV ke Besuki. Assra kecil ditemukan oleh Ki Patih Alus, Patih Wiropuro untuk kemudian di tampung serta dididik ilmu bela diri dan ilmu agama.
Usia 17 tahun beliau diangkat sebagai Mentri Anom dengan nama Abhiseka Mas Astruno dan tahun 1789 ditugaskan memperluas wilayah kekuasaan Besuki ke arah selatan, sebelumnya beliau telah menikah dengan putri Bupati Probolinggo. Tahun 1794 dalam usaha memperluas wilayah beliau menemukan suatu wilayah yang sangat strategis untuk kemudian disebut Bondowoso dengan diangkatnya beliau sebagi Demang di daerah yang baru dengan nama Abhiseka Mas Ngabehi Astrotruno. Demikianlah dari hari ke hari Raden Bagus Assra berhasil mengembangkan Wilayah Kota Bondowoso dan tepat pada tanggal 17 Agustus 1819 atau hari selasa kliwon, 25 Syawal 1234 H. Adipati Besuki R. Aryo Prawirodiningrat sebagai orang kuat yang memperoleh kepercayaan Gubernur Hindia Belanda, dalam rangka memantapkan strategi politiknya menjadikan wilayah Bondowoso lepas dari Besuki, dengan status Keranggan Bondowoso dan mengangkat R. Bagus Assra atau Mas Ngabehi Astrotruno menjadi penguasa wilayah dan pimpinan agama, dengan gelar M. NG. Kertonegoro dan berpredikat Ronggo I, ditandai penyerahan Tombak Tunggul Wulung.
Masa Beliau memerintah adalah tahun 1819 – 1830 yang meliputi wilayah Bondowoso dan Jember. Pada tahun 1854, tepatnya tanggal 11 Desember 1854 Kironggo wafat di Bondowoso dan dikebumikan di atas bukit kecil di Kelurahan Sekarputih Kecamatan Tegalampel, yang kemudian menjadi Pemakaman keluarga Ki Ronggo Bondowoso.
Sumber: http://www.depdagri.go.id/