Beranda Daerah Asal Usul Benarkah Mbah Santri Murid Sunan Kudus ?

Benarkah Mbah Santri Murid Sunan Kudus ?

3471
1
BERBAGI
foto hanya ilustrasi (foto: thepatriots)

Rajah Kolo Cokro (3)
Benarkah Mbah Santri Murid Sunan Kudus ?.

Lepas jam 15, saya sampai di ujung desa, tepatnya di Dusun Pangulu, iya, disitulah, di dekat 2 pertigaan bersebelahan dengan makam umum, persis di samping rumah kades setempat, terdapat sebuah makam wali yang oleh warga setempat dinamai Mbah Santri. Tak ada data valid, menurut kades, sejarah tentang Mbah Santri hanya diceritakan turun temurun.

“Kalau kata orang orang tua dulu, dia itu santrinya Sunan Kudus. Makanya disebut Mbah Santri, dia dulu yang mbubak dalan (berjuang) di daerah sini,” kata kades sembari menyebutkan sejumlah karomah. Mbah Santri yang ia saksikan dan diceritakan oleh para sepuh.

Awalnya, lokasi makam biasa saja, baru dibangun seperti kondisi hari ini kira kira 12 tahun lalu. “Saya tidak tahu persis ceritanya gimana, waktu itu Habib Lutfi Pekalongan tiba tiba datang dan tahlilan di makam itu. Habib Lutfi terus minta ke kakak saya agar makam itu dibangun, jadi itu dibangun dengan uang pribadi kakak saya, Mas,” terang kades.

Yang menarik, semua batu bata yang digunakan tidak ada yang beli, karena saat para pekerja mulai menggali untuk pembuatan pondasi, mereka malah menemukan batu bata kuno yang telah tertata rapi di bawah sana. Jumlahnya sangat banyak, di bawah bangunan itu masih ada, pekerja hanya mengambil secukupnya untuk membangun.

“Sebagian batu bata ada yang ada tulisan syahadatnya, terus ditaruh masjid, tapi rusak karena dibuat mainan anak anak. Akhirnya diminta orang Tuban dan dikasihkan, sebagian yang lebih dibawa warga,” tuturnya. “Kok tidak lapor arkeolog, siapa tahu itu benda purbakala yang penting untuk mengungkap sejarah,” tanyaku. “Halah, ora Njowo, Mas,” jawab kades cepat.

Jika dirunut sejarah, terdengar masuk akal memang kalau Sunan Kudus punya santri di daerah itu. Dia memang pernah tinggal di kawasan itu cukup lama, tepatnya di Jipang Panolan, arah hilir di pinggir bengawan tersebut. Pusat pemerintahan Kadipaten Jipang Panolan yang dipimpin Adipati Haryo/Aria Penangsang.

foto koleksi pribadi Ahmad Sunjani. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bojonegoro, serta menjabat sebagai Sekretaris Dewan Tanfidz DPC PKB Bojonegoro. Penyuka sejarah, mempunyai kegiatan mengunjungi situs-situs kuno bersejarah.

Menurut saya, Sunan Kudus merasa penting untuk terus mendampingi Penangsang karena sepeninggal Sultan Trenggono pada 1546, Raja ketiga Demak, negara dalam kondisi berkecamuk akibat perebutan tahta. Penangsang adalah cucu Raden Patah, Trenggono adalah pamannya, sementara Joko Tingkir juga merasa lebih punya hak karena menantu Trenggono.

(bersambung)

Writer: Sunjani Ahmad
Editor: Admin

 

1 KOMENTAR

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here